Selasa, 25 Januari 2011

Seribu Masjid Satu Jumlahnya

Satu

Masjid itu dua macamnya

Satu ruh, lainnya badan

Satu di atas tanah berdiri

Lainnya bersemayam di hati


Tak boleh hilang salah satunyaa

Kalau ruh ditindas, masjid hanya batu

Kalau badan tak didirikan, masjid hanya hantu

Masing-masing kepada Tuhan tak bisa bertamu



Dua

Masjid selalu dua macamnya

Satu terbuat dari bata dan logam

Lainnya tak terperi

Karena sejati


Tiga

Masjid batu bata

Berdiri di mana-mana

Masjid sejati tak menentu tempat tinggalnya

Timbul tenggelam antara ada dan tiada



Mungkin di hati kita

Di dalam jiwa, di pusat sukma

Membisikkannama Allah ta’ala

Kita diajari mengenali-Nya


Di dalam masjid batu bata

Kita melangkah, kemudian bersujud

Perlahan-lahan memasuki masjid sunyi jiwa

Beriktikaf, di jagat tanpa bentuk tanpa warna


Empat

Sangat mahal biaya masjid badan

Padahal temboknya berlumut karena hujan

Adapun masjid ruh kita beli dengan ketakjuban

Tak bisa lapuk karena asma-Nya kita zikirkan


Masjid badan gampang binasa

Matahari mengelupas warnanya

Ketika datang badai, beterbangan gentingnya

Oleh gempa ambruk dindingnya

Masjid ruh mengabadi

Pisau tak sanggup menikamnya

Senapan tak bisa membidiknya

Politik tak mampu memenjarakannya


Lima

Masjid ruh kita baw ke mana-mana

Ke sekolah, kantor, pasar dan tamasya

Kita bawa naik sepeda, berjejal di bis kota

Tanpa seorang pun sanggup mencopetnya


Sebab tangan pencuri amatlah pendeknya

Sedang masjid ruh di dada adalah cakrawala

Cengkeraman tangan para penguasa betapa kerdilnya

Sebab majid ruh adalah semesta raya


Jika kita berumah di masjid ruh

Tak kuasa para musuh melihat kita

Jika kita terjun memasuki genggaman-Nya

Mereka menembak hanya bayangan kita


Enam

Masjid itu dua macamnya

Masjid badan berdiri kaku

Tak bisa digenggam

Tak mungkin kita bawa masuk kuburan


Adapun justru masjid ruh yang mengangkat kita

Melampaui ujung waktu nun di sana

Terbang melintasi seribu alam seribu semesta

Hinggap di keharibaan cinta-Nya


Tujuh

Masjid itu dua macamnya

Orang yang hanya punya masjid pertama

Segera mati sebelum membusuk dagingnya

Karena kiblatnya hanya batu berhala


Tetapi mereka yang sombong dengan masjid kedua

Berkeliaran sebagai ruh gentayangan

Tidak memiliki tanah pijakan

Sehingga kakinya gagal berjalan


Maka hanya bagi orang yang waspada

Dua masjid menjadi satu jumlahnya

Syariat dan hakikat

Menyatu dalam tarikat ke makrifat


Delapan

Bahkan seribu masjid, sjuta masjid

Niscaya hanya satu belaka jumlahnya

Sebab tujuh samudera gerakan sejarah

Bergetar dalam satu ukhuwah islamiyah


Sesekali kita pertengkarkan soal bid’ah

Atau jumlah rakaat sebuah shalat sunnah

Itu sekedar pertengkaran suami istri

Untuk memperoleh kemesraan kembali


Para pemimpin saling bercuriga

Kelompok satu mengafirkan lainnya

Itu namanya belajar mendewasakan khilafah

Sambil menggali penemuan model imamah


Sembilan

Seribu masjid dibangun

Seribu lainnya didirikan

Pesan Allah dijunjung di ubun-ubun

Tagihan masa depan kita cicilkan


Seribu orang mendirikan satu masjid badan

Ketika peradaban menyerah kepada kebuntuan

Hadir engkau semua menyodorkan kawruh


Seribu masjid tumbuh dalam sejarah

Bergetar menyatu sejumlah Allah

Digenggamnya dunia tidak dengan kekuasaan

Melainkan dengan hikmah kepemimpinan


Allah itu mustahil kalah

Sebab kehidupan senantiasa lapar nubuwwah

Kepada berjuta Abu Jahl yang menghadang langkah

Muadzin kita selalu mengumandangkan Hayya ‘Alal Falah!


1987 – Emha Ainun Najib





Dimensi Lain

Dunia tersembunyi memiliki awan dan hujan,
tetapi dalam jenis yang berbeda.
Langit dan cahaya mataharinya, juga berbeda.
Ini tampak nyata,
hanya untuk orang yang berbudi halus
mereka yang tidak tertipu oleh kesempurnaan dunia yang semu.

Jalaluddin Rumi (1207-1273)




Perjalanan Ke Langit

Bagi yang merindukan
Tuhan menyediakan
Kereta cahaya ke langit
Kata sudah membujuk
Bumi untuk menanti

Sudah disiapkan
Awan putih di bukit
Berikan tanda
Angin membawamu pergi
Dari pusat samudera

Tidak cepat atau lambat
Karena menit dan jam
Menggeletak di meja
Tangan gaib mengubah jarum-jarumnya
Berputar kembali ke-0

Waktu bagi salju
Membeku di rumputan
Selagi kaulakukan perjalanan


Puisi karya : Kuntowijoyo





PERTEMUAN DUA ORANG SUFI

Ketika keduanya berpapasan, tak sepatah pun kata teguran
Hanya dua pasang mata yang tajam bersitatapan

Suhrawardi atas kuda : "Betapa dalam kulihat
Samudra segala hakikat!"

Dan Muhyiddin di atas keledai: "Betapa fana dia
yang setia menjalani teladan Rasulnya."

Ketika keduanya bertemu, tak pun kata-kata salam
Tapi keduanya telah sefaham dalam diam.

Puisi karya : Ajip Rosidi



watchful

 If you value yourself                                        
watch that self,                                                    
 carefully the wise should be watchful.
Self must govern self
 Who else would do this work?
 If the self is well controlled
you have found a good master.
It is your self that does wrong
it is your self that suffers
it is your self that purifies;
 no-one can do it for you.
 the Buddha

BEGITU ENGKAU BERSUJUD

Begitu engakau bersujud, terbangunlah ruang
yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid
Setiap kali engkau bersujud, setiap kali
pula telah engkau dirikan masjid

Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid
telah kau bengun selama hidupmu?
Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu
meninggi, menembus langit, memasuki
alam makrifat

Setiap gedung, rumah, bilik atau tanah, seketika
bernama masjid, begitu engkau tempati untuk bersujud
Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada
ridha Tuhan, menjelma jadi sajadah kemuliaan
Setiap butir beras yang kau tanak dan kau tuangkan
ke piring ke-ilahi-an, menjadi se-rakaat sembahyang

Dan setiap tetes air yang kau taburkan untuk
cinta kasih ke-Tuhan-an, lahir menjadi kumandang suara
adzan

Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid
Kalau engkau bawa matamu memandang yang dipandang
Allah, engkaulah kiblat
Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang
didengar Allah, engkaulah tilawah suci
Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai
Allah, engkaulah ayatullah

Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud,
karirmu bersujud, rumah tanggamu bersujud, sepi
dan ramaimu bersujud, duka deritamu bersujud
menjadilah engkau masjid


Ketika Engkau Bersembahyang

Ketika engkau bersembahyang 


 Oleh takbirmu pintu langit terkuakkan
 Partikel udara dan ruang hampa bergetar
 Bersama-sama mengucapkan Allahu Akbar

Bacaan Al-Fatihah dan surah
 Membuat kegelapan terbuka matanya
 Setiap doa dan pernyataan pasrah
 Membentangkan jembatan cahaya

Tegak tubuh alifmu mengakar ke pusat bumi
 Ruku' lam badanmu memandangi asal-usul diri
 Kemudian mim sujudmu menangis
 Di dalam cinta Allah hati gerimis

Sujud adalah satu-satunya hakekat hidup
 Karena perjalanan hanya untuk tua dan redup
 Ilmu dan peradaban takkan sampai
 Kepada asal mula setiap jiwa kembali

Maka sembahyang adalah kehidupan ini sendiri
 Pergi sejauh-jauhnya agar sampai kembali
 Badan di peras jiwa dipompa tak terkira-kira
 Kalau diri pecah terbelah, sujud mengutuhkannya
Sembahyang di atas sajadah cahaya
melangkah perlahan-lahan ke rumah


rahasia Rumah yang tak ada ruang tak ada waktunya  
Yang tak bisa dikisahkan kepada siapapun

Oleh-olehmu dari sembahyang adalah sinar wajah
 Pancaran yang tak terumuskan oleh ilmu fisika
 Hatimu sabar mulia, kaki seteguh batu karang
 Dadamu mencakrawala, seluas 'arasy sembilan puluh sembilan

Puisi karya : Emha Ainun Najib

Selasa, 18 Januari 2011

in between translation

There is one time in our time, when we find our selves in crossroads, we feel doubt in our heart, about what we want exactly, what we have been done so far to pursue it, or even worse have we done nothing at all.  Sad but true, these questions sometimes fill in our head like acid raindrops, but we just go nowhere.

Like at work, there's a time when we feel bored thereafter our body-&-mind soul crave a new field to do.  How happy if that field can be found easily, what if it is so hard to find? Will we follow ourselves restless mind to ponder and wander, how long it will be? Until it can be found? Let's go to another aspect of life, what about love? It is satisfied and gratifying enough to us, or it is still not enough to fill in our thirsty soul.  

Whatever it is, the best one is, set back and give time to our soul to have its own silence, seek the answer. Sit in the silence, feel the island of ease. Hiding some time off from busy bustling world around, and feel a slight peace inward. Then our mind bit by bit, can help us find the answer, and if it hasn't yet, don't give up.  It's only a matter of time for it to find our longing answer.

It is funny, in our busy life, we don't pay attention just yet, for our soul needs. We spend enormous time, consult with friends, doctors, family but hey yeah, what we need to do is giving a quality time for ourselves.  Seek the inside, immerse what we want to do, thankful for what we have done so far, forgive and forget then set up plan for next step. There's an answer on the island of peace.